
Jatuhnya sampah antariksa merupakan ancaman lain bagi Indonesia. Peluang jatuhnya serpihan satelit—yang beredar di sekitar khatulistiwa—tergolong besar karena Indonesia membentang hingga seperdelapan wilayah khatulistiwa. Hal itu disampaikan Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Sri Kaloka.
Sama seperti meteor, meski sampah antariksa berupa kepingan, benda itu akan melesat dengan kecepatan yang sangat tinggi saat jatuh ke permukaan Bumi dan bisa mengenai kawasan permukiman atau obyek penting lain.
Untuk mengantisipasi hal itu, Lapan mengamati obyek itu dan melakukan tindakan pengamanan sebelum kejadian, misalnya dengan menutup jalan tol dan membebaskan kawasan yang akan terkena obyek tersebut.
Pada masa mendatang, peluang jatuhnya sampah antariksa di muka Bumi akan kian membesar. Hingga 27 Januari tahun lalu, jumlah serpihan ada 7.789 (berukuran di atas 10 cm), satelit berfungsi dan tidak berfungsi berjumlah 3.338, serta badan roket sebanyak 1.820. Total, ada 12.947 buah.

Di antara itu, sekitar 21.000 objek berdiameter lebih besar dari 4 inci (10,1 cm). Ini seperti roket dan satelit yang rusak layaknya Galaxy 15.
Space junk atau sampah antariksa, bahkan potongan-potongan kecil, berbahaya karena objek yang mengorbit di sekitar perjalanan Bumi pada kecepatan sekitar 17.500 mph (28.200 kph). Pada kecepatan tersebut, setiap tumbukan antara dua benda akan menyebabkan kerusakan serius.
Seperti tabrakan yang terjadi tahun lalu, ketika bangkai pesawat angkasa Rusia Cosmos 2251 menabrak satelit komunikasi Iridium di atas Siberia pada ketinggian 490 mil (790 km). Tabrakan ini menyebabkan keduanya terpecah menjadi potongan-potongan kecil yang banyak.
Ada satu lagi peristiwa besar terjadi pada 2007, ketika China sengaja menghancurkan sebuah satelit cuaca sekitar 528 mil (850 kilometer) di atas Bumi. Ini menciptakan awan bangkai kapal yang besar di orbit.
"Kedua peristiwa tersebut telah meningkatkan jumlah objek dalam orbit rendah Bumi yang kami lacak jumlahnya lebih dari 60 persen," kata Nicholas Johnson, Kepala Ilmuwan untuk Orbital Debris di Johnson Space Center NASA di Houston. "Bila dibandingkan dengan yang telah terakumulasi selama 50 tahun terakhir, maka ini adalah peningkatan yang dramatis yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar