Mulai pertengahan tahun 2000 ini dunia akan memasuki periode yang dikenal sebagai “solar maximum” yakni tingkat aktivitas bola matahari yang mencapai puncak maksimum dengan terjadinya serangkaian letupan matahari (solar flares) dengan intensitas kejadian yang paling sering serta paling intens/hebat dalam siklus periode 11 tahun. Demikian peringatan ahli-ahli dari Badan Penelitian Kelautan dan Cuaca Nasional, AS awal Juni ini.
Dampaknya pada bumi yaitu dengan terjadinya bombardir gelombang radiasi yang efeknya akan dapat mengganggu beragam aktivitas mahluk dunia, mulai dari yang sederhana, seperti gangguan atas navigasi alami pada burung merpati dalam menentukan arah terbang, gangguan serius pada berfungsinya jejala jaringan distribusi listrik, bahkan gangguan pada sistem telekomunikasi satelit. Letupan matahari menimbulkan lontaran trilyunan ton partikel bermuatan energi yang tinggi dari atmosfir lidah api matahari (corona) yang lalu menyebar keberbagai penjuru alam raya selepas terjadinya letupan. Puncak siklus gangguan aktivitas matahari ini akan terjadi pada tahun ini juga sampai tahun 2005 dengan kemungkinan adanya peningkatan dengan terjadinya beberapa kali ledakan besar.
Badai radiasi matahari (solar storms) bukan merupakan suatu fenomena yang baru dikenali. Bahkan konon ribuan tahun y.l. pernah kejadian suatu kontingen tentara Romawi terpaksa tergesa–gesa mendatangi suatu kota yang disangka tengah mengalami kebakaran hebat akibat adanya cahaya terang benderang yang sekonyong-konyong terbit pada horison pada suatu malam hari yang mestinya gelap gulita. Fenomena alam yang penampakannya luar biasa menakjubkan ini umumnya akan lebih bisa diamati penduduk yang berada di belahan lintang dekat ke arah kutub bumi. Namun kejadian yang dahulu kala menimbulkan tanda tanya serta hanya sekedar rasa keingintahuan yang tinggi, pada masa kini tentunya akan menimbulkan permasalahan yang benar-benar berarti pada aktivitas kehidupan sehari-hari, dimana teknologi komunikasi pada chip silicon IC, telepon selular, dan alat kontrol pendingin ruang sistem AC telah menjadi menu utama kehidupan modern.
Efek gangguan elektro magnetik ini akan sangat mengganggu terhadap transmisi gelombang radio di bumi khususnya pada lokasi yang tengah menghadap ke arah matahari. Bahkan kejadiannya dapat menimbulkan efek “radio black-out” , yakni hilangnya sama sekali gelombang radio yang tengah dipancarkan akibat adanya intervensi interferensi dari gelombang ledakan matahari. Menurut prakiraan dewan ilmuwan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), AS tahun 1996 y.l. pernah mengungkapkan, bahwa aktivitas “solar maximum” awal abad 21 ini takkan menyamai hebatnya badai radiasi di tahun 1958 saat mana tercatat lebih dari 200 noktah surya (sun spot) yang menandai terjadinya letupan matahari. Namun kejadian kali ini bisa jadi akan merupakan salah satu dari 2 atau 3 kejadian yang paling dahsyat dalam kurun 130 tahun terakhir.
Efek gangguan elektro magnetik ini akan sangat mengganggu terhadap transmisi gelombang radio di bumi khususnya pada lokasi yang tengah menghadap ke arah matahari. Bahkan kejadiannya dapat menimbulkan efek “radio black-out” , yakni hilangnya sama sekali gelombang radio yang tengah dipancarkan akibat adanya intervensi interferensi dari gelombang ledakan matahari. Menurut prakiraan dewan ilmuwan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), AS tahun 1996 y.l. pernah mengungkapkan, bahwa aktivitas “solar maximum” awal abad 21 ini takkan menyamai hebatnya badai radiasi di tahun 1958 saat mana tercatat lebih dari 200 noktah surya (sun spot) yang menandai terjadinya letupan matahari. Namun kejadian kali ini bisa jadi akan merupakan salah satu dari 2 atau 3 kejadian yang paling dahsyat dalam kurun 130 tahun terakhir.
Seperti halnya pada peristiwa Gerhana Matahari Total ataupun Y2K Millennium Bug maka kejadian badai matahari ini sedikitnya ada juga menimbulkan spekulasi dan kepanikan massal sebagian orang yang mempercayai efek maha hebat yang akan diakibatkannya, misalnya: efek gelombang elektro magnetik yang akan mengganggu manusia dalam setiap kali melakukan pengambilan keputusan , ataupun gangguan pada temperamen manusia hingga melakukan tindakan yang diluar kotrol atau bermata gelap, dan bahkan akan menimbulkan bahaya pecahnya perang atau bencana di berbagai penjuru bumi.
Beberapa situs Internet yang dikelola oleh ilmuwan gadungan (pseudo scientist) bahkan menghubungkan fenomena ini dengan kiamat dunia sesuai pandangan Nostradamus, penulis ramalan yang menghebohkan di Abad XVI. Kepanikan yang berlebihan serupa itu merupakan suatu hal yang sama sekali bertentangan dengan pandanngan ilmuwan sejati yang menganggap fenomena ini sebagai peristiwa alam yang tengah berulang sesuai dengan siklus periodenya
dikutip dari kamusilmiah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar