Suatu hari, salah seorang murid Konfusius, Zi Lu, dengan pakaian yang bagus dan berlagak pamer datang mengunjungi Konfusius.
Konfusius bertanya padanya, "Zhongyou (nama panggilan Zi Lu), apa yang sedang kamu banggakan? Ketika Sungai Yangtze mengalir dari Pegunungan Min, kekuatan arusnya sangat terbatas sehingga hanya dapat membawa bejana kosong.
Namun ketika tiba di laut kekuatannya menjadi sangat besar sehingga mudah membalikkan sebuah perahu yang berusaha melintasinya. Apakah karena sungai memiliki lebih banyak cabang hilir?"
"Sekarang Anda, dengan berpakaian seperti ini dan merasa bangga, kelihatannya telah siap memerintah orang-orang di sekitar yang akan berani mengatakan kekurangan Anda kepada Anda."
Zi Lu segera berbalik ke luar ruangan dan kembali setelah mengganti pakaian dengan dandanan yang lebih sederhana.
Konfusius berujar, "Zhongyou, ingatlah bahwa mereka yang berbicara terlalu banyak sebenarnya bukan orang pandai, mereka yang suka pamer adalah orang sombong, dan mereka yang tidak dapat mengendalikan kepandaian mereka adalah manusia tanpa kebajikan."
"Oleh karena itu, seorang manusia bajik hanya berbicara dalam lingkup yang dia pahami, yang merupakan tujuan dari pembicaraan. Dia tidak akan berbohong apabila dia merasa tidak mampu melakukan sesuatu, yang merupakan prinsip-prinsip tindakan yang membimbing."
"Jika seseorang berbicara menggunakan perasaannya, itulah kearifan. Jika seseorang berbuat mengikuti prinsip-prinsip, itulah kebajikan. Jika kearifan dan kebajikan telah dimiliki oleh seseorang, apa lagi yang dia perlukan?"
sumber : http://erabaru.net/top-news/40-news5/4753-konfusius-kesombongan-vs-kebajikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar